Meskipun shalat berjamaah lebih mulia daripada shalat sendiri (munfarid), namun responden lebih banyak mengerjakan shalat fardhu secara sendiri. |
[Jombang, Abacaraka] - Responden yang
merupakan murid-murid yang saya ajar di SMA Negeri 2 Jombang sebenarnya telah mengetahui
kewajibannya dalam menjalankan shalat lima waktu. Tidak hanya itu mereka juga
telah mengetahui bahwa shalat lima waktu itu lebih utama dikerjakan secara
berjamaah. Namun pengetahuan mereka tidak berbanding lurus dengan pelaksanaan
shalat lima waktu mereka. Setidak-tidaknya selama bulan Ramadhan 1441 saat
penelitian ini dilakukan, mereka lebih banyak mengerjakan shalat lima waktu itu
secara sendiri (munfarid).
Ada empat
shalat fardhu yang paling banyak dikerjakan secara sendiri (munfarid), yaitu:
Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Shubuh. Mayoritas responden menyatakan bahwa
mereka merasa lebih nyaman melaksanakan shalat-shalat itu secara sendiri. Hal
ini mengindikasikan bahwa pengetahuan mereka tentang keutamaan shalat berjamaah
tidak menjadi pendorong utama mereka untuk mengamalkannya. Perasaan mereka yang
bisa menilai nyaman atau tidak nyamannya sesuatu menjadi pendorong utama mereka
dalam melaksanakan shalat lima waktu.
Terkait dengan perasaanya ini maka sebenarnya faktor individu responden sendiri yang paling dominan untuk menentukan perbuatannya, apakah akan melaksanakan shalat secara sendiri atau berjamaah. Meskipun demikian, responden juga mengemukakan hal-hal yang mempengaruihnya, diantaranya adalah faktor tempat dan imam shalat. Masjid atau musholla yang jauh dari rumah responden serta imam shalat yang kurang memberi kenyamanan adalah hal-hal yang mempengaruhi pilihan perilaku responden.
Jika pada
pelaksanaan empat shalat shalat fardhu itu mereka lebih dominan didorong oleh
perasaan, maka hal ini berbeda dengan pelaksanaan shalat Isya. Mayoritas
responden mengerjakan shalat Isya’ secara berjamaah. Mengapa demikian? Ternyata
hal ini berkaitan dengan pelaksanaan shalat Tarawih. Karena ingin ikut
melaksanakan shalat sunnah tahunan di bulan Ramadhan yang dikerjakan setelah shalat
Isya, maka mayoritas responden pun
melaksanakan shalat Isya secara berjamaah baik di masjid maupun di rumah
bersama anggota keluarganya.
Memang
selama pandemi Covid-19, semua warga dihimbau agar lebih banyak berada di dalam
rumah termasuk dalam pelaksanaan ibadah. Meskipun demikian, masjid dan musholla
tertentu tetap diperbolehkan melaksanakan ibadah harian seperti biasa dengan
tetap disiplin terhadap protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19.
Didorong
pengetahuan dan kesadaran bahwa shalat Tarawih adalah shalat sunnah tahunan,
maka responden merasa rugi jika sampai tidak bisa melaksanakannya sama sekali.
Dorongan inilah yang kemudian menjadikan shalat Isya’ sebagai satu-satunya
shalat fardhu yang paling banyak dikerjakan secara berjamaah oleh responden.
Andai pelaksanaan shalat Tarawih itu tidak berkaitan dengan shalat Isya’, maka
besar kemungkinan responden tetap akan lebih banyak mengerjakan shalat secara
sendiri (munfarid).
Dalam
pelaksanaan shalat fardhu ini tampak bahwa perasaan dan pengetahuan saling
berdialektika untuk menentukan suatu perilaku atau perbuatan. Ada kalanya
perasaan mendominasi terwujudnya perilaku, sebagaimana dalam pelaksanaan empat
shalat fardhu seperti dikemukakan di atas. Ada kalanya pengetahuan yang
berbalut perasaan mendominasinya sebagaimana dalam pelaksanaan shalat Isya’
tersebut. {abc}
Baca juga!
Mengintip Pelaksanaan Pesantren Ramadhan Online SMADAJO
Data Hasil Isian Responden Pesantren Ramadhan Online
Shalat Sunnah yang Paling Favorit
Baca juga!
Mengintip Pelaksanaan Pesantren Ramadhan Online SMADAJO
Data Hasil Isian Responden Pesantren Ramadhan Online
Shalat Sunnah yang Paling Favorit
0 Comments