Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman hidup penulisnya saat menjalankan peran sebagai guru. |
Judul : Serpihan Hikmah dari Sudut Sekolah: Memoar Harian Seorang Guru Pendidikan Agama Islam
Penulis : Nine Adien Maulana
Penerbit : Bawana Kayana
Tahun Terbit : 2019
ISBN : 978-602-51869-0-5
Halaman : xl + 314 halaman
Peresensi : Fitrotul Aini (Redaktur Majalah Suara Pendidikan, Jombang)
Penulis : Nine Adien Maulana
Penerbit : Bawana Kayana
Tahun Terbit : 2019
ISBN : 978-602-51869-0-5
Halaman : xl + 314 halaman
Peresensi : Fitrotul Aini (Redaktur Majalah Suara Pendidikan, Jombang)
Bertemu dengan berbagai macam anak, menghadapi berbagai macam karakternya sekaligus mengajar dan membimbingnya adalah sebuah tantangan sekaligus keuntungan yang bisa didapatkan oleh seorang guru. Dengan kondisi seperti itu, para pahlawan tanpa tanda jasa itu juga pasti menghadapi beragam macam situasi dan kondisi yang akan memiliki sebuah nilai ketika dituangkan ke dalam sebuah karya atau tulisan.
“Ustaz, emangnya Agama Islam itu masjid? Kok
punya tiang?” (hlm.16)
“Nak, apa yang engkau inginkan setelah mati?”
tanya saya kepada beberapa anak didik saya.
“Kami ingin masuk surga. Kami takut neraka,”
jawab mereka. (hlm. 205)
Beragam pertanyaan yang terkadang berlanjut
menjadi sebuah diskusi semacam itulah yang oleh Nine Adien Maulana selanjutnya
dikemas secara apik menjadi sebuah cerita atau esai singkat.
Perjalanan karirnya yang pernah mengajar di
berbagai jenjang sekolah akan membuat pembaca bisa ikut terbawa dalam kondisi
yang terbangun dalam setiap babak kisahnya. Namun tak perlu khawatir akan
lompatan situasi yang terjadi. Pak Guru Adien tidak membiarkan pembaca bertemu
kegusaran anak-anak SMA usai membaca keingintahuan sederhana anak-anak SD. Semuanya
sudah ia kelompokkan berdasarkan jenjang serta lokasi berlangsungnya pengalaman
yang dijalani. Mulai dari pengalamannya di SDIT Roushon Fikr, SMA Negeri 1
Ploso, SMP Negeri 1 Jombang, hingga SMA Negeri 2 Jombang.
Perkembangan emosional dari seorang Pak Guru
Adien pun juga semakin terasa dari babak ke babak. Misalnya saja ketika dia
harus dengan sesederhana mungkin menjelaskan apa yang terjadi pada seorang
peserta didik SD ketika salah satu anggota keluarganya diketahui memelihara
anjing padahal seperti diketahui dalam Islam terdapat sebuah perbedaan pendapat
mengenai hukum akan memelihara anjing. Pendekatan penjelasannya dapat dirasakan
sangat berbeda ketika dia menghadapi peserta didik SMA ketika mempertanyakan
mengenai hakikat berdoa.
Mungkin lupa belum dijelaskan dari sosok Pak Guru
Adien adalah profesinya sebagai seorang guru Pendidikan Agama Islam. Membuat
buku memoranya ini tidak hanya sekedar cerita interaksi antara guru dan peserta
didiknya. Namun ditambahkanya pula dengan kajian-kajian juga penjelasan yang
dia kuatkan dengan referensi dari sumber terpercaya yakni Alquran dan Hadits.
Kesan akhir yang didapatkan usai membaca buku ini
adalah hal-hal sederhana seperti sebuah pertanyaan dari seorang peserta didik
SD bisa membawa kita dalam sebuah perenungan kehidupan. Apakah hal-hal yang
kita lakukan selama ini dalam hidup sudah benar adanya? Sudah sesuaikah dengan
syariat serta tuntunan agama? Meski Pak Guru Adien juga telah memberikan
penjelasan yang begitu jelas, sederhana, dan tepat konteks namun beliau tetap
memberikan ruang terbuka pada pembaca untuk kembali berintrospeksi dalam diri
sendiri.
“Melalui buku ini saya ingin mengajak pembaca
untuk rileks sejenak merenungkan kejadian yang pernah saya alami yang mungkin
pembaca mengalaminya juga namun berbeda konteks. Bawalah buku di salah satu
sudut dimana anda bisa duduk santai, kemudian bacalah. Siapa tahu hikmah yang
saya peroleh juga menjadi hikmah bagi pembaca. Setelah itu renungkan kembali
untuk mendapatkan hikmah baru karena hikmah bukan berasal dari saya. Hikmah
merupakan pemberian Allah kepada manusia yang menghendakinya dan
dikehendaki-Nya.” (hlm. xxxiv) [abc]
0 Comments